Dialog Senja
Oleh: Susana Widuri Sosok kuyu, ringkih, kurus kering itu masih diam mematung di hadapanku. Aku dan dia, teguh penuh benci saling memandang kelemahan diri yang terpapar dengan sangat jelas pada mataku, pada matanya. Rasa benci selalu naik memuncak setiap aku memandangi sosok itu yang sekarang tengah berdiri di hadapanku. Aku menjambak rambutku dengan penuh amarah juga keputusasaan. Pun dia. Melakukan hal sama seperti yang aku lakukan. Aku tak paham. Setiap kali memandangi tubuh itu, setiap kali pula semua amarah dan benci itu menggerogoti jiwaku. "Argh!" Prang! Sosok itu hancur berkeping-keping. Cermin yang mereflesikan dia yang aku benci hancur berkeping-keping. Aku adalah dia yang aku benci. Aku menyeret kakiku. Duduk di sudut ruangan tak peduli akan cairan merah yang mengalir di tanganku. Akibat karena aku baru saja menghancurkan dia yang aku benci. Aku duduk tertunduk sambil memeluk lututku. Terlalu frustasi. Entah apa lagi yang bisa aku lakukan setelah...