Tidak Harus Sempurna
Oleh:
Susana Widuri
Apa yang terlintas di benak kita
jika mendengar kata sempurna? Tentunya mungkin yang sempat terlintas adalah
sesuatu yang benar-benar baik dan bagus tanpa suatu cacad pun baik yang
berbentuk benda ataupun bukan. Kata sempurna juga mengacu pada hal yang dapat
melukiskan sesuatu jika benar-benar sesuai dengan keinginan dan harapan yang
diinginkan. Tapi sempurna juga relatif tergantung seperti apa orang memandang
kesempurnaan.
Biasanya, orang yang selalu ingin
segala sesuatunya sempurna tanpa satu cacad pun disebut dengan orang yang
perfeksionis. Terkadang orang yang perfeksionis terlalu menekan dirinya sendiri
untuk melakukan segala sesuatu dengan sempurna, terencana, sistematis, dan
sesuai keinginannya. Namun meskipun demikian, orang yang perfeksionis juga
memiliki sisi baik dan sisi buruk. Adapun sisi baik orang perfeksionis adalah
biasanya mereka melakukan segala sesuatu dengan hati-hati, terencana dan sangat
bersungguh-sungguh karena selalu ingin mendapat hasil sempurna sesuai
keinginannya, selain itu orang yang perfeksionis biasanya selalu menyiapkan
rencana cadangan jika melakukan sesuatu. Jika dilihat dari hal tersebut,
tentunya sangat membantu jika seorang perfeksionis ditempatkan pada bagian
perencanaan dalam suatu organisasi karena sifatnya yang selalu berpikir dengan
matang saat melakukan sesuatu. Sedangkan sisi buruk orang perfeksionis adalah
jika sesuatu yang sedang dia kerjakan tidak sesuai dengan harapan dan
keinginannya, orang perfeksionis cenderung cepat merasa sangat kecewa, putus
asa, dan tidak puas dengan apa yang telah ia kerjakan.Akibatnya, orang
perfeksionis seringkali cepat merasa tertekan dan stress. Hal ini tentu saja
tidak baik bagi kesehatan. Menurut penelitian, terlalu sering stress menyebabkan
sistem imunitas tubuh menurun. Akibatnya orang akan mudah terserang penyakit
jika sistem imunnya menurun. Selain itu karena sifatnya yang sulit mentolelir
kesalahan, biasanya orang perfeksionis cenderung sukar memaafkan kesalahan
orang lain serta cenderung memiliki penyesalan yang mendalam jika dirinya
melakukan suatu kesalahan. Juga, karena sifatnya ini biasanya orang
perfeksionis juga takutmengakui jika dirinya berbuat salah. Jika melihat
sifatnya yang demikian, maka orang perfeksionis kurang cocok untuk menjadi
pemimpin karena sulit membuat keputusan dengan cepat sebab selalu memikirkan
sesuatu dengan matang serta kurang berani mengambil resiko karena tidak mau
membuat satu kesalahan pun dan akhirnya gagal. Padahal menurut salah satu
sumber, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani mengambil resiko demi
kemajuan organisasi atau komunitasnya.
Jadi, jika sekarang di
antara kita ada yang merasa menjadi orang perfeksionis, ada baiknya jika
mengurangi kadar perfeksionis dalam diri kita dengan cara memaafkan diri
sendiri dan orang lain, serta berani mengakui kesalahan. Seperti perkataan
Rheinald Kasali dalam bukunya yang berjudul Change,
yaitu: "Sejauh apapun kamu sudah
salah melangkah berbaliklah sekarang juga", artinya jika telah
melakukan kesalahan segeralah meminta maaf dan memafkan diri sendiri, serta
segeralah memperbaiki dan jangan sampai melakukan kesalahan yang sama untuk
kedua kalinya. Seperti pepatah mengatakan untuk jangan pernah jatuh ke lubang
yang sama. Karena orang yang selalu melakukan kesalahan yang sama adalah ciri
orang yang tidak pernah belajar. Selain itu janganlah menjadi pribadi yang
pengecut dengan lari dari masalah. Ingat,
tidak ada makhluk yang sempurna termasuk manusia atau malaikat sekalipun. Kesempurnaan
hanyalah milik Tuhan semata.Untuk itu, mulailah dengan merefleksi diri dan
berusaha untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Semangat membangun diri
yang baru untuk menyambut tahun baru.
Komentar
Posting Komentar